Donderdag 21 Maart 2013


Histamin
Histamin dan serotonin (5-hydroxytryptamine) : amin biologik yang terdapat dalam berbagai macam jaringan yang penting dalam fungsi fisiologik.
Efek histamin timbul melalui aktivasi reseptor histaminergik H1, H2 dan H3.
•Reseptor-H1 : sel otot polos, endotel dan otak.
•Reseptor-H2 : mukosa lambung (pada sel parietal),otot
  jantung, sel mast, dan otak.
•Reseptor-H3 : presinaptik (di otak, pleksus mienterikus
  dan saraf lainnya)
.




ØEfek pada sistem kardiovaskuler
  Histamin eksogen menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik melalui vasodilatasi dan diikuti dengan mekanisme homeostasis berupa peningkatan denyut jantung.
ØEfek pada saluran cerna
  Pada dosis besar histamin eksogen dapat memacu sekresi asam lambung melalui aktivasi reseptor-H2.
ØEfek pada bronkus dan otot polos organ lain
  Histamin menyebabkan timbulnya bronkokontriksi.


Efek lain histamin: kontstriksi otot polos mata, sal. Kemih, organ genital.
Efek pada reseptor H1 dan pada ujung saraf à komponen penting dalam patofisiologi urtikaria
Pada jaringan sekretorik, memacu sekresi asam lambung, pepsin & faktor intrinsik melalui aktivasi reseptor H2 à peningkatan cAMP intraseluler.
Antihistaminika
àObat yang mempunyai efek melawan efek histamin dengan cara memblok reseptor H1.
Efek histamin endogen dapat dihambat melalui 3 cara:
1.Penghambatan secara fisiologis, misal oleh adrenalin
2.Penghambatan pelepasan/degranulasi histamin yg timbulà dapat terjadi pada pemberian kromolin & stimulan adrenoseptor β2
3.Blokade reseptor histamin H1 dengan obat antihistamin.
1) Antagonis reseptor H1
Umumnya disebut obat antihistamin / antihistaminika ialah antagonis H1 yg beraksi melalui blokade reseptor histamin H1, sedangkan efeknya pada reseptor-H2 dan H3 dapat diabaikan.
Obat: loratadin, terfenadin dan astemizol, efek mengantuk sangat lemah
 
Efek obat antihistamin dapat bermanifestasi :
Sedasi
Efek antimual & antimuntah.
   Doksilamin, mempunyai efek mencegah mabuk gerak (motion 
sickness) tetapi tidak menghilangkan mabuk yang sudah ada
Efek antiparkinsonisme dan antimuskarinik
  Obat antihistamin golongan etanolamin dan etilendiamin yang
 punya efek antimuskarinik, sering menimbulkan retensio urine &
 penglihatan kabur, dapat untuk mengurangi rhinorrhoea

Efek blokade adrenoseptor-α, antiserotonin dan anestetik lokal.
ØObat antihistamin mempunyai efek α-blockade yg mengakibatkan
 
tekanan darah turun. 
ØAntagonis reseptor-H1 (misal: siproheptadin) mempunyai efek

 blokade reseptor serotonin.
ØDifenhidramin & prometazin mempunyai efek anestetik lokal 

melalui blokade sodium channel pada membran sel eksitabel.
  Antagonis reseptor H1 sering digunakan dalam terapi alergi 
seperti rhinitis dan urtikaria
Antagonis H1 (misal difenhidramin & prometazin) juga dapat 
mengurangi gejala mabuk & gangguan vestibuler.
 
2) Antagonis reseptor H2
  à dapat mengakibatkan timbulnya blood dyscrasia sebagai granulositopenia.
Turunan ketiga dari imidazol, misalnya simetidin, tidak
 punya gugus tiourea, sehingga relatif tidak menimbulkan granulositopenia. Senyawa lain (ranitidin, oksmetidin, 
famotidin dan nizatidin) merupakan antagonis reseptor H2 baru yang lebih aman
  Antagonis reseptor-H2 dalam klinik digunakan pada terapi ulkus peptik, sindroma Zollinger-Ellison dan keadaan hiperasiditas.

 Cara Pemberi  Antihistamin

•Biasanya diberikan secara Oral, tetapi ada juga yang diinjeksikan terutama untuk pengobatan syok anafilaksis.
• Antihistamin juga digunakan dalam pengobatan mual dan muntah (cimetidin)
•Biasanya diberikan secara Oral, tetapi ada juga yang diinjeksikan terutama untuk pengobatan syok anafilaksis.
• Antihistamin juga digunakan dalam pengobatan mual dan muntah (cimetidin)
Contoh Obat Antihistamin (Klorfeniramin Maleat) 
•Kelompok: antihistamin – sedatif
•Indikasi : urtikaria, rinitis alergi, gigitan serangga, alergi obat, anafilaksis, alergi makanan, alergi serum.
•Dosis: oral: 4 mg setiap 4-6 jam maksimal 24 mg per hari.
•SC atau IM 10-20 mg maksimal 40mg dlm 24 jam. Injeksi IV dalam 1 menit: 10-20 mg.
•Kontraindikasi: epilepsi, penyakit hati, asma karena memiliki sedikit efek pada bronkospasme alergi, hipersensitivitas.
•Efek samping: mengantuk, tidak bertenaga, pusing, mulut kering, penglihatan kabur, sakit kepala, gangguan gastrointestinal, IV dapat menyebabkan hipotensi sementara, stimulasi SSP, retensi urine, palpitasi, sesak, anemia hemolitik.
 
Efek Farmakodinamik:
  Antagonis antihistamin H1 kuat yang melawan efek yang diinduksi histamin, seperti peningkatan permeabilitas kapiler dan konstriksi otot polos GI serta otot polos pernapasan. Efek anestetis lokal yang dapat menyebabkan depresi atau stimulasi SSP.

Resiko Pada Janin:
  Tidak terbukti teratogen-pabriknya menganjurkan menghindari penggunaan obat ini, jika digunakan pada trimester ketiga dapat menyebabkan reaksi pada neonatus.
Resiko Pada Ibu menyusui:
  Tingkat keamanan sedang, dianjurkan untuk tidak digunakan, bayi dapat mengantuk dan menghambat laktasi.

Resiko Pada Janin:
  Tidak terbukti teratogen-pabriknya menganjurkan menghindari penggunaan obat ini, jika digunakan pada trimester ketiga dapat menyebabkan reaksi pada neonatus.
Resiko Pada Ibu menyusui:
  Tingkat keamanan sedang, dianjurkan untuk tidak digunakan, bayi dapat mengantuk dan menghambat laktasi.

 RESPIRATORY DRUGS


Allergies à
Are the result of some adverse environmental stimulus
Two classes of drugs are used for the treatment of allergies:
Antihistamines
Corticosteroids (nasal sprays).

0 opmerkings:

Plaas 'n opmerking