Histamin
Histamin dan serotonin (5-hydroxytryptamine)
: amin biologik yang terdapat dalam berbagai macam jaringan yang penting dalam
fungsi fisiologik.
Efek histamin timbul melalui aktivasi
reseptor histaminergik H1, H2 dan H3.
•Reseptor-H1 : sel otot polos,
endotel dan otak.
•Reseptor-H2 : mukosa lambung
(pada sel parietal),otot
jantung, sel mast, dan otak.
•Reseptor-H3 : presinaptik (di
otak, pleksus mienterikus
ØEfek pada sistem
kardiovaskuler
Histamin eksogen
menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik melalui vasodilatasi
dan diikuti dengan mekanisme homeostasis berupa peningkatan denyut jantung.
ØEfek pada saluran
cerna
Pada dosis besar
histamin eksogen dapat memacu sekresi asam lambung melalui aktivasi
reseptor-H2.
ØEfek pada bronkus dan
otot polos organ lain
Histamin
menyebabkan timbulnya bronkokontriksi.
Efek lain histamin: kontstriksi otot polos mata, sal. Kemih,
organ genital.
Efek pada reseptor H1 dan pada ujung saraf à komponen
penting dalam patofisiologi urtikaria
Pada jaringan sekretorik, memacu sekresi asam lambung,
pepsin & faktor intrinsik melalui aktivasi reseptor H2 à peningkatan cAMP
intraseluler.
Antihistaminika
àObat yang mempunyai efek melawan efek
histamin dengan cara memblok reseptor H1.
Efek histamin endogen dapat dihambat melalui
3 cara:
1.Penghambatan secara fisiologis, misal oleh
adrenalin
2.Penghambatan pelepasan/degranulasi
histamin yg timbulà dapat terjadi pada pemberian kromolin & stimulan
adrenoseptor β2
3.Blokade reseptor histamin H1 dengan obat
antihistamin.
1) Antagonis reseptor H1
Umumnya disebut obat antihistamin / antihistaminika
ialah antagonis H1 yg beraksi melalui blokade reseptor histamin H1, sedangkan
efeknya pada reseptor-H2 dan H3 dapat diabaikan.
Obat: loratadin, terfenadin dan astemizol, efek
mengantuk sangat lemah
Efek obat antihistamin
dapat bermanifestasi :
•Sedasi
•Efek antimual &
antimuntah.
Doksilamin,
mempunyai efek mencegah mabuk gerak (motion
sickness) tetapi tidak
menghilangkan mabuk yang sudah ada
•Efek antiparkinsonisme
dan antimuskarinik
Obat antihistamin
golongan etanolamin dan etilendiamin yang
punya efek
antimuskarinik, sering menimbulkan retensio urine &
penglihatan kabur,
dapat untuk mengurangi rhinorrhoea
•Efek blokade adrenoseptor-α,
antiserotonin dan anestetik lokal.
ØObat antihistamin
mempunyai efek α-blockade yg mengakibatkan
tekanan darah turun.
ØAntagonis reseptor-H1
(misal: siproheptadin) mempunyai efek
blokade reseptor
serotonin.
ØDifenhidramin &
prometazin mempunyai efek anestetik lokal
melalui blokade sodium
channel pada membran sel eksitabel.
Antagonis reseptor H1 sering
digunakan dalam terapi alergi
seperti rhinitis dan urtikaria
Antagonis H1 (misal difenhidramin &
prometazin) juga dapat
mengurangi gejala mabuk & gangguan
vestibuler.
2) Antagonis reseptor H2
à dapat
mengakibatkan timbulnya blood dyscrasia sebagai granulositopenia.
Turunan ketiga dari
imidazol, misalnya simetidin, tidak
punya gugus tiourea,
sehingga relatif tidak menimbulkan granulositopenia. Senyawa lain (ranitidin,
oksmetidin,
famotidin dan nizatidin)
merupakan antagonis reseptor H2 baru yang lebih aman
Antagonis
reseptor-H2 dalam klinik digunakan pada terapi ulkus peptik, sindroma
Zollinger-Ellison dan keadaan hiperasiditas.
Cara
Pemberi Antihistamin
•Biasanya diberikan secara Oral, tetapi ada
juga yang diinjeksikan terutama untuk pengobatan syok anafilaksis.
• Antihistamin juga digunakan dalam
pengobatan mual dan muntah (cimetidin)
•Biasanya diberikan secara Oral, tetapi ada
juga yang diinjeksikan terutama untuk pengobatan syok anafilaksis.
• Antihistamin juga digunakan dalam
pengobatan mual dan muntah (cimetidin)
Contoh Obat Antihistamin
(Klorfeniramin Maleat)
•Kelompok: antihistamin –
sedatif
•Indikasi : urtikaria,
rinitis alergi, gigitan serangga, alergi obat, anafilaksis, alergi makanan,
alergi serum.
•Dosis: oral: 4 mg setiap
4-6 jam maksimal 24 mg per hari.
•SC atau IM 10-20 mg
maksimal 40mg dlm 24 jam. Injeksi IV dalam 1 menit: 10-20 mg.
•Kontraindikasi: epilepsi,
penyakit hati, asma karena memiliki sedikit efek pada bronkospasme alergi,
hipersensitivitas.
•Efek samping: mengantuk,
tidak bertenaga, pusing, mulut kering, penglihatan kabur, sakit kepala,
gangguan gastrointestinal, IV dapat menyebabkan hipotensi sementara, stimulasi
SSP, retensi urine, palpitasi, sesak, anemia hemolitik.
•
•Efek Farmakodinamik:
Antagonis
antihistamin H1 kuat yang melawan efek yang diinduksi histamin, seperti
peningkatan permeabilitas kapiler dan konstriksi otot polos GI serta otot polos
pernapasan. Efek anestetis lokal yang dapat menyebabkan depresi atau stimulasi
SSP.
•Resiko Pada Janin:
Tidak terbukti
teratogen-pabriknya menganjurkan menghindari penggunaan obat ini, jika
digunakan pada trimester ketiga dapat menyebabkan reaksi pada neonatus.
•Resiko Pada Ibu menyusui:
Tingkat keamanan
sedang, dianjurkan untuk tidak digunakan, bayi dapat mengantuk dan menghambat
laktasi.
•Resiko Pada Janin:
Tidak terbukti
teratogen-pabriknya menganjurkan menghindari penggunaan obat ini, jika
digunakan pada trimester ketiga dapat menyebabkan reaksi pada neonatus.
•Resiko Pada Ibu menyusui:
Tingkat keamanan
sedang, dianjurkan untuk tidak digunakan, bayi dapat mengantuk dan menghambat
laktasi.
RESPIRATORY DRUGS
Allergies à
•Are the result of some
adverse environmental stimulus
•Two classes of drugs are
used for the treatment of allergies:
–Antihistamines
–Corticosteroids (nasal
sprays).
0 opmerkings:
Plaas 'n opmerking